Wind Turbine. Inovasi baru di dunia energi yang memanfaatkan energi aliran angin menjadi sumber energi listrik. Desain mekaniknya sederhana yaitu hanya berupa kincir angin yang dapat berputar karena ada hembusan angin. Putaran turbin oleh angin tersebut dapat menggerakkan komponen mesin di dalamnya yang nantinya akan dikonversikan menjadi energi listrik.
Awalnya, turbin angin digunakan untuk membantu kecukupan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan sebagainya. Turbin angin dahulu banyak ditemukan di negara - negara Eropa, misalnya Belanda dan Denmark. di Eropa turbin angin dikenal sebagai Windmill. Meskipun hingga saat ini, pembangunan wind turbine belum dapat menyaingi sumber energi konvensional, contohnya PLTD, PLTU, dll, wind turbin masih terus dikembangkan oleh beberapa ilmuwan karena kedepannya, dunia akan menghadapi masalah krisis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (contohnya : minyak bumi dan gas). Sehingga, wind turbine merupakan salah satu contoh sumber energi yang menjadi jawaban atas permasalahan energi kedepannya.
ITB (Institut Teknologi Bandung) salah satu kampus teknik yang maju di Indonesia mengembangkan inovasi wind turbine. ITB menciptakan turbin angin tipe Savonius dan turbin angin tipe H. Aplikasi dari Turbin angin tipe Savonius sendiri yaitu digunakan pada lampu-lampu penerangan di jalan tol. “Lampu-lampu jalan tol tidak perlu lagi menggunakan listrik. Cukup dengan turbin angin Savonius ini, lampu akan menyala,” kata Daniel Surya, mahasiswa Teknik Mesin ITB.
Sedangkan, inovasi turbin angin tipe H dipasangkan pada pemancar-pemancar telekomunikasi. “Pemancar telekomunikasi biasanya harus diisi bahan bakar tiap hampir satu jam sekali. Itu adalah sesuatu hal yang tidak efektif. Mengapa kita tidak menciptakan alat yang membuat pemancar itu mendapatkan energi listriknya sendiri?” kata Daniel. (sumber : www.alpensteel.com)
ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) tak kalah juga dengan ITB, ITS yang menjadi juara 3 di Pimnas 25 tahun ini juga mempunyai inovasi baru terkait wind turbine. Aplikasi langsung inovasi wind turbine dilakukan oleh ITS di daerah pesisir/pantai yaitu di daerah Pulau Sapeken, Madura dan Kenjeran, Surabaya. ITS melakukan penelitian tentang pola hembusan angin di wilayah pesisir pantai yang berbeda pada bulan - bulan yang sama (Agustus - September). Terdapat pula perbedaan hembusan angin yang mencuak antara daerah kepulauan dan pesisir. Di daerah kepulauan pada jam - jam tertentu didapatkan angin tidak berhembus sama sekali, yaitu antara jam 02.00 - 08.00.
Data lapangan sangat berbeda jika dibandingkan dengan data secara teori. Di wilayah kepulauan daya tertinggi (peak) dapat mencapai 972,7 watt, sedangkan pada daerah pesisir mencapai 355 watt. Sedangkan daya terendah untuk daerah kepulauan bernilai 21 watt dan di daerah pesisir bernilai 0 watt. Dengan kata lain, konsumsi energi listrik masyarakat pesisir dapat tersedia melalui wind turbine apabila pemerintah setempat mempunyai keinginan untuk membangun sektor - sektor pembangkit listrik tenaga kincir angin di wilayah pesisir. (sumber : http://digilib.its.ac.id).
Data lapangan sangat berbeda jika dibandingkan dengan data secara teori. Di wilayah kepulauan daya tertinggi (peak) dapat mencapai 972,7 watt, sedangkan pada daerah pesisir mencapai 355 watt. Sedangkan daya terendah untuk daerah kepulauan bernilai 21 watt dan di daerah pesisir bernilai 0 watt. Dengan kata lain, konsumsi energi listrik masyarakat pesisir dapat tersedia melalui wind turbine apabila pemerintah setempat mempunyai keinginan untuk membangun sektor - sektor pembangkit listrik tenaga kincir angin di wilayah pesisir. (sumber : http://digilib.its.ac.id).
Jadi, seandainya inovasi wind turbine ini mampu dipotensialkan di seluruh wilayah Indonesia, bukan tak mungkin kelak Indonesia tidak akan mengalami krisis energi. Semua energi akan tercukupi secara sustainable.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar